Manusia Sebagai Makhluk Individu
Individu
merupakan unit terkecil pembentuk masyarakat. Dalam ilmu sosial, individu
berarti juga bagian terkecil dari kelompok masyarakat yang tidak dapat dipisah
lagi menjadi bagian yang lebih kecil. Sebagai contoh, suatu keluarga terdiri
dari ayah, ibu, dan anak. Ayah merupakan individu dalam kelompok sosial
tersebut, yang sudah tidak dapat dibagi lagi ke dalam satuan yang lebih kecil.
Pada
dasarnya, setiap individu memiliki ciri-ciri yang berbeda. Individu yang saling
bergabung akan membentuk kelompok atau masyarakat. Individu tersebut akan
memiliki karakteristik yang sama dengan kelompok dimana dirinya bergabung
Dalam
pembahasan manusia sebagai makhluk individu, disini kami membaginya menjadi
dua.
A.
Hakikat Manusia Sebagai Makhluk Individu
Individu
berasal dari kata in dan devided. Dalam Bahasa Inggris in
salah satunya mengandung pengertian tidak, sedangkan devided
artinya terbagi. Menurut pendapat Dr. A. Lysen individu berasal dari bahasa
latin individum, yang artinya tak terbagi. Kata individu merupakan
sebutan yang dipakai untuk meyatakan satu kesatuan yang paling kecil dan
terbatas. Kata individu bukan berarti manusia secara keseleruhan yang tak dapat
dibagi, melainkan sebagai kesatuan terbatas, yaitu perseorangan manusia.
Individu menekankan penyelidikan kepada kenyataan-kenyataan hidup yang
istimewa, dan seberapa mempengaruhi kehidupan manusia. Individu bukan berarti
manusia sebagai suatu keseluruhan yang tak dibagi, melainkan sebagai kesatuan
yang terbatas, yaitu sebagai manusia perorangan sehingga sering disebut “ orang
seorang” atau “manusia perseorangan”. Individu dalam hal ini adalah seorang
manusia yang tidak hanya memiliki peranan-peranan yang khas di dalam lingkungan
sosialnya, melainkan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkahlaku spesifik
tentang dirinya. Akan tetapi dalam banyak hal banyak pula persamaan disamping
hal-hal yang spesifik tentang dirinya dengan orang lain. Disini jelas bahwa
individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan khas didalam
lingkungan sosaialnya, melainkan juga mempunyai kepribadian, serta pola tingkah
laku spesifik dirinya. Persepsi terhadap individu atau hasil pengamatan manusia
dengan segala maknanya merupakan suatu keutuhan ciptaan Tuhan yang mempunyai
tiga aspek yang melekat pada dirinya, yaitu aspek organik jasmaniah, aspek
psikis rohaniah, dan aspek sosial. Apabila terjadi kegoncangan pada salah satu
aspek, maka akan membawa akibat pada aspek yang lainnya.
Masih
terkait dengan persoalan antara individu satu dengan individu lainnya, maka
manusia menjadi lebih bermakna apabila pola tingkah lakunya hampir identik
dengan tingkah laku massa yang bersngkutan. Proses yang meningkatkan ciri-ciri
individualitas pada seseorang sampai pada dirinya sendiri disebut proses
individualisasi atau aktualisasi diri. Dalam proses ini, individu dibebani
berbagai peranan yang berasal dari kondisi kebersamaan hidup, yang akhirnya
muncul suatu kelompok yang akan menentukan kemampuan satu masyarakat. Individu
dalam tingkahlaku menurut pola pribadinya memiliki tiga kemungkinan:
- Menyimpang dari norma kolektif kehilangan individualitasnya.
- Takluk terhadap kolektif.
- Ketiga mempengaruhi masyarakat.
Manusia
sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan
psikis, unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan sebagai manusia individu
manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. Jika unsur tersebut sudah
tidak menyatu lagi maka seseorang tidak disebut sebagai individu. Dalam diri
individu ada unsur jasmani dan rohaninya, atau ada unsur fisik dan psikisnya,
atau ada unsur raga dan jiwanya.
Menurut
Nursid Sumaatmadja (2000), kepribadian adalah keseluruhan perilaku individu
yang merupakan hasil interaksi antara potensi-potensi bio-psiko-fiskal (fisik
dan psikis) yang terbawa sejak lahir dengan rangkaian situasi lingkungan, yang
terungkap pada tindakan dan perbuatan serta reaksi mental psikologisnya, jika
mendapat rangsangan dari lingkungan. Dia menyimpulkan bahwa faktor lingkungan
(fenotip) ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas dari
seseorang.
Manusia
dikatakan menjadi individu apabila pola tingkah lakunya sudah bersifat spesifik
didalam dirinya dan bukan lagi menuruti pola tingkahlaku umum.
Didalam
sebuah massa manusia cenderung menyingkirkan individu alitasnya karena tingkah
lakunya adalah hampir identik dengan tingkahlaku massa yang bersangkutan. Dalam
hubungan ini dapat dicirikan, apabila manusia dalam tindakan-tindakannya
menjurus kepada kepentingan pribadi maka disebut manusia sebagai makhluk
individu, sebaliknya apabila tindakan-tindakannya merupakan hubungan dengan
manusia lainnya, maka manusia itu dikatakan makhluk sosial. Pengalaman
menunjukkan bahwa jika seseorang pengabdiannya kepada diri sendiri besar, maka
pengabdiannya kepada masyarakat kecil. Sebaliknya jika seseorang pengabdiannya
kepada diri sendiri kecil, maka pengabdiannya kepada masyarakat besar. Dengan
demikian dapatlah dikatakan bahwa proses yang dikatakan bahwa yang meningkatkan
ciri-ciri individualitas pada seseorang sampai ia adalah dirinya sendiri,
disebut sebagai proses individualitas, atau kadang-kadang juga diberi nama
proses aktualisasi diri.
B.
Perkembangan Individu
Manusia
sebagai makhluk yang paling sempurna diantara makhluk ciptaan Tuhan terdiri
atas unsur jasmani dan rohani. Dalam rangka perkembangan individu, diperlukan
suatu keterpaduan antara pertumbuhan jasmani dan rohani.
Individu
tidak mampu berdiri sendiri, melainkan hidup dalam hubungan antara sesama
inidividu. Dengan demikian, dalam hidup dan kehidupannya, manusia selalu
mengadakan kontak dengan manusia lain. Karena itu manusia sebagai individu juga
merupakan makhluk sosial yang hidup dalam masyarakat. Sejak lahir sampai
pada akhir hayatnya, manusia hidup ditengah-tengah kelompok sosial atau
kesatuan sosial juga dalam situasi sosial yang merupakan bagian dari ruang
lingkup suatu kelompok sosial. Kelompok sosial yang merupakan awal kehidupan
manusia individu adalah keluarga. Dalam keluarga ada rasa saling tergantung
diantara sesama manusia yang membentuk individu berkembang untuk beradaptasi
dengan kehidupan dalam masyarakat. Hal ini menandakan bahwa manusia sebagai
individu tidak mampu hidup sendiri, tetapi diperlukan keberadaan dalam suatu
kelompok (masyarakat) sehingga individu merupakan makhluk sosial. Ini berarti
antara individu dan kelompok terdapat hubungan timbal balik dan hubungan yang
sangat erat yang merupakan hubungan fungdional.
Setiap
manusia memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri, tidak ada manusia yang
persis sama. Dari sekian banyak manusia, ternyata masing-masing memiliki
keunikan tersendiri. Seorang individu adalah perpaduan antara faktor fenotipe
dan genotipe. Faktor genotipe adalah faktor yang dibawa individu
sejak lahir, ia merupakan faktor keturunan, dibawa individu sejak lahir. Kalau
seseorang individu memiliki ciri fisik atau karakter sifat yang dibawa sejak
lahir, ia juga memiliki ciri fisik dan karakter atau sifat yang dipengaruhi
oleh faktor lingkungan (faktor fenotipe). Faktor lingkungan (fenotipe)
ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas dari seseorang. Istilah
lingkungan merujuk pada lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Ligkungan fisik
seperti kondisi alam sekitarnya. Lingkungan sosial, merujuk pada lingkungan di
mana seorang individu melakukan interaksi sosial. Kita melakukan interaksi
sosial dengan anggota keluarga, dengan teman, dan kelompok sosial yang lebih
besar. Karakteristik yang khas dari seseorang dapat kita sebut dengan
kepribadian. Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda yang
dipengaruhi oleh faktor bawaan genotipe, dan faktor lingkungan (fenotipe) yang
saling berinteraksi terus-menerus.
Pertumbuhan
dan perkembangan individu menjadi pribadi yang khas tidak terjadi dalam waktu
sekejap, melainkan terentang sebagai kesinambungan perkembangan sejak masa
janin, bayi, anak , remaja, dewasa sampai tua. Istilah pertumbuhan lebih
tertuju pada segi fisik atau biologis individu, sedangkan perkembangan tertuju
pada segi mental psikologis individu.
Pertumbuhan
dan perkembangan individu dipengaruhi beberapa faktor. Mengenai hal tersebut
ada tiga pandangan, yaitu:
- Pandangan nativistik menyatakan bahwa pertumbuhan individu semata-mata ditentukan atas dasar fakor dari dalam individu sendiri, seperti bakat dan potensi, termasuk pula hubungan atau kemiripan dengan orang tuanya. Misalnya, jika ayahnya seniman maka sang anak akan menjadi seniman pula.
- Pandangan empiristik menyatakan bahwa pertumbuhan individu semata-mata didasarkan atas faktor lingkungan. Lingkuganlah yang akan menentukan pertumbuhan seseorang. Pandangan ini bertolak belakang dengan pandangan nativistik.
- Pandangan konvergensi yang menyatakan bahwa pertumbuhan individu dipengaruhi oleh faktor diri individu dan lingkungan. Bakat anak merupakan potensi yang harus disesuaikan dengan diciptakannya lingkungan yang baik sehingga ia bisa tumbuh secara optimal. Pandangan ini berupaya menggabungkan kedua pandangan sebelumnya.
Pada
dasarnya, kegiatan atau aktivitas seseorang ditujukan untuk memenuhi
kepentingan diri dan kebutuhan diri. Sebagai makhluk dengan kesatuan jiwa dan
raga, maka aktivitas individu adalah untuk memenuhi kebutuhan baik kebutuhan
jiwa, rohani, atau psikologis, serta kebutuhan jasmani atau biologis. Pemenuhan
kebutuhan tersebut adalah dalam rangka menjalani kebutuhannya.
Pandangan
yang mengembangkan pemikiran bahwa manusia pada dasarnya adalah individu yang
bebas dan merdeka adalah paham individualisme. Paham individualisme menekankan
kesususan, martabat, hak, dan kebebasan orang perorang. Manusia sebagai
individu yang bebas dan merdeka tidak terikat apapun dengan masyarakat ataupun
negara. Manusia bisa berkembang dan sejahtera hidupnya serta berlanjut apabila
dapat bekerja secara bebas dan berbuat apa saja untuk memperbaiki dirinya
sendiri.
No comments:
Post a Comment